Harapan orang-orang Bandung tempo dulu sepertinya adalah tinggal di daerah Andir (Jalan Pajajaran sekarang). Ada sepenggal lirik lagu yang bercerita tentang Andir:
"Bandoeng is in de laatste jaren Wonderlijk vooruit gegaan Daarom Ziet men langs de straaten Zulke mooie huizen staan Ik zou daar graag willen wonen Liefst in de buurt van Andir...enz"
Arti dari penggalan lirik lagu tersebut adalah sebagai berikut:
"Bandung di tahun-tahun terakhir Maju berkembang ajaib mengesankan Itulah sebabnya orang bisa menyaksikan rumah-rumah indah dididirkan kuingin tinggal disana Hidup di daerah Andir.....dst"
Untuk memiliki rumah di daerah Andir, orang bisa mencicil dalam beberapa kali angsuran. Rumah ukuran kecil—kecil zaman itu sekitar 60 meter persegi, seharga 2.000 - 2.500 gulden. Sedangkan rumah besar ditepi jalan raya, harganya bisa mencapai 10.000 gulden ke atas.
Buat ukuran pada masa itu, harga rumah di Andir terhitung sangatlah mahal. Selain di daerah Andir, pihak swasta telah membangun pula komplek pemukiman modern di daerah Kosambi, meliputi wilayah dengan nama-nama gunung di Jawa-Barat. Rumah yang dibangun Meneer Hartman ini, mengambil bentuk arsitektur gaya romantik Belanda yang lagi menjadi selera orang di kala itu.
Sedangkan rumah modern bertingkat dibangun oleh Meneer D.H. Ton di daerah Jl.Riau, sekitar Oranje Plein (Taman Pramuka sekarang). Model perumahan di daerah itu tergolong mewah. Di depan Oranje Plein, pada akhir 1920-an telah dibangun sederetan rumah sewa semacam motel.
Motel itu biasanya menampung wisatawan yang tetirah di Kota Bandung. Kompleks itu dikenal dengan nama Lux Vincent, terdiri dari 19 rumah dan dikelola Tuan L.W. Huisman (PMDj)
Motel itu biasanya menampung wisatawan yang tetirah di Kota Bandung. Kompleks itu dikenal dengan nama Lux Vincent, terdiri dari 19 rumah dan dikelola Tuan L.W. Huisman (PMDj)
0 komentar:
Posting Komentar