Munada adalah seorang Cina dari Kudus yang bernama asli Liem Siang. Ia tinggal di Cianjur berdagang kuda, kerbau, dan alat-alat angkut di lintasan Jalan Raya Pos.
Ia mengganti namanya menjadi Munada setelah masuk Islam. Dalam menjalankan agamanya, Munada terlihat cukup taat, namun pada saat yang sama, ia juga gemar mengisap candu, berjudi, dan main perempuan.
Setelah pindah ke Bandung, Munada yang berparas tampan serta pandai berbicara ini juga berdagang kain dan dari kegiatan itu dapat bergaul dengan baik di kalangan bangsawan Kabupaten Bandung hingga Asisten Residen Priangan, Nagel.
Dari Nagel, Munada mendapatkan pesanan pengadaan kuda, kerbau, dan dokar untuk keperluan Jalan Raya Pos di wilayah Kabupaten Bandung.
Walaupun usahanya cukup sukses, namun kegemarannya berfoya-foya membuat uangnya selalu cepat habis. Munada sampai berhutang 300 gulden kepada Nagel.
Agar dapat melunasi hutangnya, Nagel memberi kesempatan kepada Munada untuk menjualkan enam pasang kerbau miliknya yang disimpan di Balubur Limbangan, serta memesan lagi pengadaan kuda dan kerbau untuk Jalan Raya Pos. Tapi ternyata semua uang dari hasil penjualan ini pun dihabiskan Munada untuk berjudi dan menyewa ronggeng.
Nagel marah dan menangkap Munada. Setelah dipukuli, Munada dipenjarakan. Di dalam penjara, Munada bertemu dengan tahanan lainnya, jurusimpen Mas Suradireja, yang dipenjarakan dengan tuduhan telah membunuh istrinya dengan racun.
Penahanan Suradireja yang konon dilakukan oleh Patih Bandung dan asisten residen Nagel ini ternyata tanpa sepengetahuan Jaksa Ageng (hoofdjaksa) Raden Demang Mangunagara. Akibatnya Mangunagara merasa dilecehkan dan menaruh dendam terhadap patih dan Nagel.
Sebenarnya, ada dua alasan dendam Mangunagara:
1) Penahanan Suradireja yang tanpa sepengetahuannya, padahal sebagai hoofdjaksa ia harusnya diberi tahu,
2) Mangunagara pernah sakit hati kepada Bupati Bandung, Wiranatakusumah. Ia pernah menaruh hati pada putri Wiranatakusumah, Ratna Ayu Rajapamerat, namun Wiranatakusumah menikahkan putrinya itu dengan Raden Suria Kusumah Adinata, putra Bupati Sumedang yang menjadi pengawas kopi di Cianjur.
Bagaimana hoofdjaksa Mangunagara merencanakan suatu pembunuhan terhadap Bupati Bandung...??
Bersambung ke : "Kisah Munada Bandung Baheula....!!! (Bag. 3)."
0 komentar:
Posting Komentar